1000 Perempuan Berkebaya

Hai semuanya salam sehat dan sejahtera.

Sebagai wanita yang gemar dan menghormati budaya nasional. Mengetahui akan diadakan acara ini sejak tanggal 24 Februari 2017 lalu, saya buru-buru mengagendakan tanggal ini. Bila memungkinkan, saya harus turut hadir dan berpartisipasi. Awalnya saya sempat kesulitan mencari kebaya yang masih muat pada tubuh saya dan bingung menentukan pilihan. Akhirnya pada hari Jumat tanggal 3 Maret 2017 lalu, saya berkesempatan hadir berpartisipasi dan turut mendukung acara 1000 Perempuan Berkebaya  “Mencintai Indonesia dengan Berkebaya” yang diadakan di  Aula Gedung A Kementrian  Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Selatan. Menggunakan kebaya atasan modern berwana pink fuschia dipadu dengan kain batik yang di wiron.

16996379_387600498270971_1259847581367232465_n.jpg
Flyer acara. Sumber dari Facebook Komunitas Perempuan Berkebaya.

Acara semula diagendakan akan dimulai pukul 13.00 WIB namun pada pelaksanaannya mengalami kemunduran hingga pukul 15.00 WIB. Saya sudah tiba di sana tepat pukul 10.30 WIB dengan maksud menghindari antrian regristasi ulang dan pengambilan konsumsi.

17124814_10203019189358333_190463552_n.jpg
Penulis datang di pagi hari berfoto dengan backdrop acara. Foto milik : Penulis.
17141318_10203019189638340_1456475207_n
Penulis menggunakan atas kebaya moderen dipadu dengan kain wiron. Foto sumber : Ibu Sri Ditwira.

Saya menikmati sekali pemandangan yang saya lihat hari itu. Wow..begitu banyak wanita cantik yang berkebaya dari berbagai macam adat dan daerah. Semua tampak anggun dan bersahabat saling berkenalan dan bercengkerama satu dengan yang lain. Saya melihat di sisi kiri dan kanan panggung ada dua layar proyektor, ada Grand Piano berwana hitam di kiri panggung dan kanan panggung ada ibu-ibu dari Mitra Seni Indonesia siap memainkan alat musik tradisional.

17160716_10203019189278331_2146985926_n
Ketika saya tiba pagi itu. Sudah banyak pendukung acara hadir saat itu. Masih banyak peserta lain yang tidak tertangkap oleh kamera telepon genggam saya yang berada pada spot yang berbeda. Foto milik : Penulis.
17124362_10203019188958323_2028960475_n
Ibu-ibu dari Mitra Seni Indonesia. Foto milik : Penulis
17160787_10203019189078326_1165462246_n
Sisi kiri  tepi luar panggung pun bangkunya sudah mulai terisi sejak pukul 10.30 WIB. Foto milik : Penulis.
17141349_10203019189198329_1394137887_n
Bagian sisi kiri belakang VIP. Terlihat di ujung peserta tampak antri di meja regristrasi. Foto milik : Penulis.
 

17141458_10203020928841819_1888737314_n
Tampak deretan booth yang menjual kain Batik dan berbagai kebaya siap pakai. Foto milik : Penulis.

17161038_10203019189038325_1265096855_n
Bagian kanan belakang VIP area. Dibalik proyektor operator masih kurang peminat saat itu. Namun segera dipadati pendukung acara. Foto milik : Penulis
17105445_10203019188718317_1936578240_n
Prof.Dr. Moeryati Soedibyo salah satu tamu undangan VVIP sedang menerima wawancara dari rekan pers yang hadir hari itu. Foto milik : Penulis.

Eh ada satu yang menarik di atas kiri panggung, kebaya berwana hijau terbuat dari janur. Pembuat karya ini adalah seorang pembuat display art, Ia ingin mengaplikasikan janur itu bukan hanya dipakai sebagai penanda adanya pesta pernikahan Ia ingin membuat baju yang terbuat dari janur sebagai display art acara hari ini. Sayang foto yang saya abadikan hasilnya kurang baik, tapi saya berhasil menemukannya dari sebuah situs di internet. Dan Ia berhasil menuangkan imajinasinya menjadi suatu karya yang indah dan dapat dinikmati setiap peserta hari ini yang hadir.

17077506_724238401068667_4539852630272245760_n-1
Tampak muka Kebaya Kutubaru terbuat dari janur karya Fahrizar Pastel. Foto sumber http://www.imgrum.club/tags/janur
17076574_757366384426838_5077388059612282880_n
Tampak belakang Kebaya Kutubaru terbuat dari janur karya Fahrizar Pastel sebagai display art. Foto sumber http://www.imgrum.club/tags/janur
 

17124794_10203019188638315_1168484976_n-1
Ibu Rachmi Hidayati Ketua Panitia acara 1000 Perempuan Berkebaya. Foto milik : Penulis.

Acara dibuka oleh Ibu Ida Muhajir dengan kata sambutan kemudian disusul pentas tarian tradisional dan diselingin alunan musik kulintang dari Mitra Seni Indonesia.

Moderator acara hari itu adalah Ibu Virgie Baker. Dengan tiga pembicara tamu yaitu Sejarahwan Prof. Dr. Edi Sedyawati,  Founder Komunitas Perempuan Berkebaya Ibu Siska Sarwono, dan Designer anak bangsa Musa Widyaatmodjo.

3-maret-1
Dari kiri ke kanan : Moderator hari ini Ibu Virgie Baker, Pembicara tamu hari ini : Ibu Siska Sarwono Founder Komunitas Perempuan Berkebaya, Sejarahwan Prof. Dr. Edi Sedyawati dan Designer Musa Widyaatmodjo. Foto milik : Penulis.

Menurut Prof.Dr Edi Sedyawati perlu kajian history tersendiri yang disertakan bukti-bukti bersejarah. Namun secara umum dapat dilihat dari foto-foto yang beredar dan dibuat pada jaman penjajahan Belanda di Indonesia jaman dahulu. Foto yang terkenal di jaman dahulu adalah foto R.A. Kartini. Saat itu kebaya atasan di donminasi warna putih. Hipotesis Gagasan baju kebaya atasan itu muncul dari blus wanita yang dipergunakan wanita bangsa Belanda.  Dimana dahulu wanita di Indonesia tidak memakai atasan hanya memakai kain dibagian bawah dan kemben dibagian perut sementara bagian dada atas terbuka dan memperlihatkan aurat yaitu payudara terkesan sangat primitif dan kurang terpelajar.

Seiring dengan masuknya syariat agama Islam .yang diperkenalkan dan melihat bangsa Belanda yang lebih beradab, akhirnya wanita Indonesia khususnya yang berada di pulau Jawa saat itu mulai menutupi auratnya. Disinilah filosofinya seolah terkesan wanita Jawalah yang mempopulerkan berbusana kebaya.

Musa Widyaatmodjo seorang designer mempelajari sejarah kebaya dari ilmu sosial. Baginya kalau kita berbicara tentang busana Kebaya Nasional Indonesia yah hanya ada 2, yaitu : Kebaya Kartini dan Kebaya Kutubaru.

ra_kartini
R.A. Kartini. Foto sumber njleputh.uiwap.com
kutubaru-2a
Kebaya Kutubaru. Foto sumber http://www.kebayamodern.info
kutubaru1.png
Kebaya Kutubaru Motif Bunga. Foto sumber busanamuslimodern.com
 

Asal kata Kebaya itu dahulu dibuat dari Katun Ripa dari India (Kambia).

Prinsipnya wanita pemakai kebaya itu harus : Rambut tertata rapih. Bukaan baju atasan kebaya harus depan, jatuhnya sepinggul dan menggunakan kain sepanjang mata kaki buka pendek sedengkul dan  pemakaiannya  dililit, kemudin memakai stagen dibagian perut bawah  dan kemben pada bagian atas sebelummenutupnya dengan kebaya dan memakai sendal (selop) bukan sepatu tertutup. Karena adat ini adalah amanah dari leluhur yang wajib kita lestarikan.

Memakai Kebaya itu membuat struktur tulang menjadi tegap dan bagus, menjaga bentuk tubuh tetap ramping, dan

Baju Kurung adalah busana daerah lainnya yang juga cukup diminati. Namun jenis atas ini bukaan belakang, tidak dapat dikategorikan sebagai baju kebaya kurung. Bila ada yang masih menyebut demikian ini adalah sangat nyeleneh.  Namun patut diperjuangkan Baju kurung dan baju adat lainnya sebagai salah satu jenis busana Nasional Indonesia.

Begitu juga Kebaya Encim, Kebaya Nona ini bukanlah asli kebaya Indonesia. Ini adalah wujud evolusi Kebaya yang terinpirasi budaya etnis Tionghoa pada masa itu. Maka dari itu perpaduan warnanya lebih berani jau berbeda dengan Kebaya Kartini dan Kutubaru pada jamannya. Dari Kebaya Encim inilah kemudian menginspirasi baju atsan Kebaya Betawi.

Menurut Musa wajar saja perkembangan fashion kebaya saat ini berevolusi. Tapi ingat untuk acara adat apapun, selalu pakailah pakaian adat yang semestinya. Sah-sah saja memakai Beskap Modern seperti yang dipakainya saat jadi pembicara dengan jeans untuk lifestyle dan trend fashion saat ini. Tapi Ia akan segera mengganti bawahan jeans yang Ia pakai sekarang jika keaadannya harus menghadiri uapacara siraman, Ia akan memakai asesories yang mendukung sesuai standar adat budaya setempat tempat Ia menghadiri perhelatan acara seperti blankon, keris dan selop .

Saat ini Ia melihat banyak program padu padan busana daerah lintas nusantara bahkan negara yang terlalu bablas nyelenehnya, seperti contoh menggunakan atasan baju kuung, eh kain bawahannya model Vietnam dan selendangnya sari India. Sementara kita punya berjuta motif kain berasal dari Indonesia. Hati-hati loh alih-alih mau kreatif fashion, eh kita bisa-bisa dituduh jadi menghina budaya bangsa lain.

Kebaya Nasional kita ini harus jadi kebanggaan kita sebagai wanita Indonesia. Kita seharusnya jadi icon kebanggaan bangsa kita. Kalau ada kesempatan menjadi perwakilan atase di luar negeri pergunakan kebaya jangan bangsa lain saja bangga memakai kebaya nasional kita sementara kita menggunakan setelanjas misalkan. Justru dalam masa dinas ini kesempatan kita memperkenalkan berbagai kekayaan motif kebaya dan kain dari Indonesia. Pakai kebaya adat Bali, kain songket, kain ulos dan sebagainya.

Awal Ibu Siska Sarwono berkebaya, karena melihat serorang temannya yang etnis Tionghoa saat itu sering memakai kain. Temannya pernah berkata ” Siska, aku lihat kamu ini  rajin sekali membeli kain batik, tapi sepertinya kok cuma beli doang tidak pernah dipakai. Apa tidak sayang bila kainnya rusak ? “. Saat  melihat Eyang dari Suami di Solo memakai Kebaya Kutubaru, sejak itulah Ia mulai mencintai Kebaya dan mulai memakai kebaya hingga saat ini setiap hari kemanapun dia pergi. Kebaya Kutubaru menjadi pilihannya karena Ia suka tamplannya yang tampak sederhana, kuno dan otentik.

Ketika ditanya moderator apakah Ia tidak kesulitan memakai kebaya tiap hari? Ia jawab tidak merasa kesulitan.  Ada kebanggaan baginya ketika menggunakan Kebaya Nasional. Bagaimana dengan pendapat orang yang melihat di mal? Ia sama sekali tidak terganggu dengan pendapat orang lain tentangnya. Selama dia nyaman memakainya. Namun ada satu hal yang tidak akan dia lupakan, yaitu berkah baik yang sering dia alami semasa Ia memakai kebaya, seolah seperti mengurus apapun diberi kemudahan seperti mengurus visa salah satunya.

Prof. Dr. Edi Sedyawati berkata kalau kita bisa mengapresiasi seni musik  yang berbeda genre, sepantasnya kita juga harus bisa mengapresiasikan kebaya dari seluruh nusantara Indonesia. Baju kurung (baju bodo) sudah sepantasnya juga harus punya tempat di hati wanita Indonesia untuk dicintai. Kebaya saat ini sudah dibilang sebagi tanda Nasional. Tugasnya kita mengapresiasi baju daerah lain untuk membuka cakrawala dunia luar tentang Indonesia.

Bila Ibu Siska Sarwana beranggapan kebaya itu menunjukkan kesederhanaan. Sebaliknya Musa justru melihat dari kacamatanya sebagai “Kemewahan Yang Terselubung” alasannya:

  1. Tidak semua orang orang bisa dan mampu untuk memakai.
  2. Butuh waktu atur rambut dan ketika memakai kain umumnya dibantu oleh para asisten.
  3. Kain yang dipakai itu ada nilai historinya. Makin pandai merawat makin mahal nilainya.

Menurutnya untuk dapat mencintai Kebaya Nasional harus mengenal terlebih dahulu. Apakah kita selaku orag tua sudah memperkenalkan kepada putri kita dengan cara yang benar? atau hanya setiap tanggal 21 April hari Kartini, si anak disewakan baju, main dipakaikan bahkan ada yang dipaksakan. Begitu kelar acara  baju segera dikembalikan ke tempat penyewaan. Tanpa si anak mengetahui  atau mendapat edukasi mengapa dia memakai baju itu dan nilai sejarah apa yang bisa membuat dia bangga memakainya.

Adalah tugas ibu jaman sekarang memperkenalkan mulai dari menceritakan ke anak. Saat ini tugas kita membuat himpunan cerita mengenai budaya kita yang mempesona. Bisa-bisa Gelung Tekuk  masuk museum karena saat ini selain sudah tidak ada pengrajinnya tidak ada lagi yang memakainya. Untuk busana pria,  pakailah Teluk Belanga dalam undangan resmi.

Saya pribadi setuju dengan saran dan pesan Musa Wiriaatmodjo, sebab saya termasuk anak yang sudah cinta menggunakan Kebaya Kartini sejak masa kanak-kanak karena keberhasilan guru saya menjelaskan perjuangan R.A Kartini. Saya semakin mencintai busana Kebaya Nasional dan Modern karena melihat contoh terdekat saya yaitu ibu saya tampak anggun ketika memakai kebaya dalam setiap kesempatan undangan resmi ketika  mendampingin ayah saya berdinas dan acara resmi departemen tempat ayah bekerja. Saat itu saya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama tingkat akhir (SMP). Saya memulainya dengan mengoleksi kain batik Danar Hadi. Kemudian sampai sekarang sudah memiliki berbagai kain batik yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa mulai, kain songket  dan kain ulos pun ada. Tidak berhenti di situ saya ikut, berburu asesoris dan tas etnik. Ada kebanggaan tersendiri bagi saya ketika memakainya, sebagai wanita asli bangsa Indonesia.

Meski berbusana itu adalah hak selera masing-masing. Ibu Siska yang sering menggunakan kebaya kemanapun Ia pergi, akhirnya seiring waktu karena sering bertemu dengan teman-temannya, Ia yang semula digerakkan oleh temannya kini menjadi inspirasi bagi teman-temannya untuk ikut berkebaya sehari-hari.

Menurut Ibu Nina Akbar Tandjung, memakai baju adat bukan sekedar identitas lokal tapi sekaligus dapat membedayakan UKM setempat. Ia melihat sendiri wanita di Solo yang berkebaya namun masih bisa mengendarai sepeda ke pasar tradisional.

Kesimpulan :

  1. Saat ini kekurangan bangsa kita adalah memiliki literatur yang mudah diakses sebagai pakem bila ingin mencarai referensi. Pekerjaan rumah kita bersama untuk mendukung penulisan ilmiah yang baku dan dapat diakses dari manapun. Juga perlu ada standar busana Kebaya Nasional versi pengguna hijab.
  2. Sesuaikan adat masing-masing sesuai yang diturunkan oleh leluhur. Hormati budaya adat setempat.
  3. Kebaya Nasional itu adalah Kebaya Kartini dan Kebaya Kutubaru. Bukaan harus depan bukan belakang berikut juga kain bawahan harus semata kaki bukan pendek.

Semoga liputan dan info ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pencinta busana kebaya .

17161147_10203019189718342_2055110237_n
Penulis berfoto bersama teman-teman dari Komunitas Wajah Bunda Indonesia setelah acara berakhir. Foto sumber : Ibu Listrya Satyavitri.

(Belinda Kusumo)

 

Tinggalkan komentar